Rabu, 18 Maret 2015

Homesick

Oh. Aku aku begitu merindukan rumah. Aku kembali bu, anakmu kembali. Berlibur seperti ini sangat jarang ku lakukan. Kekhawatiran ku terhadap ibu ku membuat aku pulang ke rumah, rumah kecil ku. Kembali ke rumah merupakan sesuatu yang mengembalikan ku ke masa lalu. Mengingatkan ku akan semuanya, menegurku. Semua terasa berbeda, di kota orang aku merasa menjadi orang lain, menjadi pribadi yang lain. Terasa arogan, menyombongkan diri. Tapi tidak, tidak untuk kembali, semua terasa berbalik. Kembali merupakan pilihan yang benar, kembali ke rumah membuat aku tersadar akan status ku. Derajat ku. Dunia ku. Kehidupan ku. Keluarga ku. Semuanya. Semuanya berbeda. Aku kembali menjadi gadis dari sebuah keluarga miskin, meski aku dengan bersusah payah bekerja untuk membuat ibu ku mendapatkan apa yang layak untuknya, tetap saja, itu belum cukup. Aku merasa bertanggung jawab untuk mengembalikan masa mudanya yang penuh perjuangan, penuh kesedihan, penuh penderitaan. Aku selalu memikirkan, bagaimana caranya agar keluarga ku bisa hidup layak, seperti orang-orang. Agar anak-anak mereka mendapatkan gizi yang layak, kebutuhan dan perkembangan yang layak. Pikiran bahwa anak-anak mereka akan tumbuh menjadi anak yang minder, itu sangat-sangat menggangguku. Aku tidak ingin mereka merasakan hal yang sama seperti ku dulu, minder. Satu hal yang membuat aku percaya diri hanyalah kepintaran yang ku punya, selebihnya aku selalu mengingatkan diri untuk sadar bahwa aku bukan anak orang kaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar