Senin, 27 Juni 2011

tugas dhita

Nama : Dhita Mulyasari (A9.10.04.024)
Tugas B. Inggris

1. Asking Question
Can you help me?
- Yes. Off course

2. Indirect Question
Do you know where is my pen?
- Yes, I know. It's on your book

3. Information Question
What are you doing?
- I'm chatting now

4. Negative Question
Isn't she talking?
- Yes. She isn't

5. Tag Question
You like milk, don't you?
- Yes, i do

Minggu, 26 Juni 2011

Tugas B. Inggris

Nama : Icmi Kadarsih (A9.10.04.024)
Tugas B. Inggris

1. Asking Question
Can i borrow your pen?
- Yes. My pen on your table, help yourself

2. Indirect Question
Do you know where is he?
- Yes, I know. He is in her room

3. Information Question
Where are you now?
- I'm in the class

4. Negative Question
Isn't he coming?
- Yes. He isn't

5. Tag Question
You like seafood, don't you?
- Yes, i do

Jumat, 17 Juni 2011

Makalah Komunikasi "Pemeriksaan Laboratorium untuk CA Serviks"

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul: “PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK CA SERVIKS”
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirny penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Pontianak, 17 Juni 2011
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karsinoma serviks, walaupun saat ini telah terjadi perbaikan bermakna dalam diagnosis dini dan terapi, masih merupakan salah satu penyebab tersering kematian terkait kanker pada perempuan, terutama di negara yang sedang berkembang.
Melalui makalah ini, kami mencoba untuk memberikan pengetahuan tentang pemeriksaan laboratorium CA Serviks.

B. Tinjauan Pustaka

Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Kanker serviks merupakan kanker yang sering dijumpai di Indonesia baik di antara kanker pada perempuan dan pada semua jenis kanker. Kejadiannya hampir 27% di antara penyakit kanker di Indonesia. Namun demikian lebih dari 70% penderita datang memeriksakan diri dalam stadium lanjut, sehingga banyak menyebabkan kematian karena terlambat ditemukan dan diobati.
Serviks harus berfungsi sebagai sawar terhadap
masuknya udara dan mikroflora saluran vagina
normal, tetapi juga memungkinkan keluarnya darah
haid dan menahan tumbukan ringan selama
hubungan kelamin dan trauma persalinan. Tidak
mengherankan bahwa serviks sering menjadi sarang penyakit. Untungnya sebagian besar lesi serviks
merupakan peradangan yang relatif banal (servisitis),
tetapi serviks juga merupakan tempat salah satu
kanker tersering pada perempuan: karsinoma sel
gepeng. Karsinoma serviks dahulu merupakan bentuk kanker
tersering pada perempuan diseluruh dunia. Baru
50tahun lalu karsinoma ini memiliki posisi yg sama di
amerika serikat, tetapi penerapan yang luas
pemeriksaan penapisan papanicolaou (sitologik)
terhadap perempuan secara drastis telah menurunkan insidensi tumor invasif menjadi sekitar
12:900 kasus baru pertahun dengan angka kematian
sekitar 4400 (perkiraan 2001). Sebaliknya insidensi
neoplasia intraepitel serviks (cervical intraepithelial
neoplasia, CIN) meningkat ke tingkatnya yg sekarang
sebesar 50.000 kasus per tahun. Perlu ditekankan disini bahwa sebagian besar karsino
sel gepeng serviks berasal dari kelainan epitel
prekursor yang disebut sebagai CIN. Namun, tidak
semua kasus CIN berkembang menjadi kanker invasif. Epidemiologi dan patogenesis. Insidensi CIN
memuncak pada usia sekitar 30 tahun, sedangkan
untuk karsinoma invasif adalah sekitar 45 tahun.
Jelaslah bahwa lesi prakanker memerlukan waktu
bertahun-tahun, untuk berkembang menjadi
karsinoma yang nyata. Penelitian epidemiologi di seluruh dunia menegaskan bahwa infeksi HVP adalah
faktor penting dalam perkembangan kanker servikal
(Bosch et al, 1995). Lebih dari 20 tipe HVP yang
berbeda mempunyai hubungan dengan kanker
servikal. Penelitian memperlihatkan bahwa
perempuan dengan HVP-16, 18, dan 31 mempunyai angka Neoplasia Intraepitelial Servikal (CIN) yang
lebih tinggi (CancerNet, 2001)

BAB II
PEMBAHASAN
A. Gejala dan Faktor

Di mana Letak Leher Rahim? Leher rahim adalah bagian bawah rahim yang menonjol ke dalam kelamin wanita. Di tempat ini sering terjadi kanker yang disebut kanker serviks. Bagaimana Gejalanya? Kanker serviks pada stadium dini sering tidak menunjukkan gejala atau tanda-tandanya yang khas, bahkan tidak ada gejala sama sekali. Gejala yang sering timbul pada stadium lanjut antara lain adalah: · Pendarahan sesudah melakukan hubungan intim. · Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita. · Pendarahan sesudah mati haid (menopause). · Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau bercampur darah, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil. Apakah penyebabnya? Lebih dari 95 % kanker serviks
berkaitan erat dengan infeksi HPV (Human Papiloma Virus) yang dapat ditularkan melalui aktivitas seksual.
Saat ini sudah terdapat vaksin untuk mencegah infeksi HPV khususnya tipe 16 dan tipe 18 yang diperkirakan menjadi penyebab 70% kasus kanker serviks di Asia. Apa saja yang menjadi faktor resikonya? Beberapa faktor risiko terkena kanker serviks antara lain: · Mulai melakukan hubungan seksual pada usia muda. · Sering berganti-ganti pasangan seksual. · Sering menderita infeksi di daerah kelamin. · Melahirkan banyak anak. · Kebiasaan merokok (risiko dua kali lebih besar). · Defisiensi vitamin A, C, E.
Faktor resiko penting terjadinya CIN dan karsinoma
invasif adalah sebagai berikut:
1. Usia dini saat memulai berhubungan kelamin
2. Memiliki banyak pasangan seksual
3. Pasangan laki-laki memiliki riwayat banyak
memiliki pasangan 4. Infeksi persisten oleh virus papiloma manusia
"resiko tinggi"
Banyak faktor risiko lain dapat dikaitkan dengan
keempat faktor di atas, termasuk peningkatan
insidensi pada kelompok sosioekonomi lemah,
jarangnya timbul pada perawan, dan keterkaitan dengan perempuan yang sering hamil. Faktor ini
menunjukkan secara kuat kemungkinan penularan
seksual suatu agen penyebab, dalam hal ini HPV
(Human Papiloma Virus) Meskipun banyak perempuan mengandung virus ini,
hanya sebagian yang menderita kanker, yang
mengisyaratkan bahwa faktor lain berpengaruh pada
risiko kanker.
Di antara berbagai faktor risiko yang sudah dipastikan
adalah merokok dan imunodefisiensi eksogen atau endogen. Sebagai contoh, insidensi karsinoma in situ
meningkat sekitar lima kali lipat pada perempuan
yang terinfeksi oleh virus imunodefisiensi manusia
jika dibandingkan dengan kontro Kanker servikal ini sebagian besar (90%) adalah
karsinoma sel skuamosa dan sisanya (10%) adalah
adenokarsinoma. tipe lain yang jarang adalah
karsinoma sel adenoskuamosa, karsinoma sel terang,
melanoma maligna, sarkoma, dan limfoma maligna Karsinoma serviks tersering adalah karsinoma sel
gepeng (75%), diikuti oleh adenokarsinoma dan
karsinoma adenoskuamosa (20%) serta karsinoma
neuroendokrin sel kecil (kurang dari 5%). Dengan
pengecualian tumor neuroendokrin, yang perilakunya
selalu agresif, karsinoma serviks dibagi menjadi derajat 1 hingga 3 berdasarkan diferensiasi sel dan
stadium 1 hingga 4 berdasarkan penyebaran klinis. Pada wanita lansia, suatu cairan yang berdarah
biasanya dijumpai akibat karsinoma serviks. Dan
pada tahap akhir dari penyakit ini, cairan tersebut
berbau busuk.

B. Diagnostik

Sebagian besar kematian sebenarnya dapat dicegah
dengan melakukan tes atau pemeriksaan secara
berkala. Pemeriksaan direkomendasikan dimulai pada usia 21 tahun atau dalam waktu tiga tahun setelah aktif secara seksual.

Berikut adalah 2 jenis pemeriksaan untuk kanker
serviks:
1. Tes Pap Smear
Dalam tes Pap smear, dokter akan mengambil sampel dari jaringan serviks untuk kemudian menganalisanya di laboratorium. Tes Pap smear dapat mendeteksi sel abnormal di serviks. Seseorang dianggap memiliki prakanker ketika sel-sel abnormal hanya berada di lapisan luar dari serviks dan tidak menginvasi jaringan yang lebih dalam. Jika tidak diobati, sel abnormal dapat berubah menjadi sel-sel kanker yang dapat menyebar ke dalam serviks, vagina bagian atas, dan bagian lain dari tubuh. Tahap prakanker umumnya tidak mengancam jiwa dan biasanya membutuhkan pengobatan rawat jalan saja.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat. Kapan melakukannya? Pemeriksaan PAP SMEAR dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid atau sesudah petunjuk dokter. Bagi perempuan yang sudah menikah atau sudah melakukan hubungan seksual, lakukanlah pemeriksaan PAP SMEAR setahun sekali. Segera mungkin melakukan pemeriksaan PAP SMEAR dan jangan menunggu sampai timbul gejala.
Bagaimana pemeriksaan dilakukan? Pemeriksaan PAP SMEAR dilakukan di atas kursi periksa kandungan oleh dokter atau bidan yang sudah dilatih, dengan menggunakan alat untuk membantu membuka kelamin wanita. Ujung leher diusap dengan spatula untuk mengambil cairan yang mengandung sel-sel dinding leher rahim. Usapan ini kemudian diperiksa jenis sel-selnya di bawah mikrosop. Apabila hasil pemeriksaan posirif (terdapat sel-sel yang tidak normal), harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli kandungan.
2. Tes DNA HPV
Dokter juga dapat menggunakan tes laboratorium yang disebut tes DNA HPV untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi salah satu dari 13 jenis HPV (Human papillomavirus) yang bisa menyebabkan kanker serviks.
Seperti tes Pap smear, tes DNA HPV melibatkan pengumpulan sel-sel dari serviks untuk pengujian laboratorium. Tes DNA HPV bukan merupakan engganti tes Pap smear. Tes ini umumnya juga tidak digunakan untuk perempuan berusia di bawah 30 tahun dengan hasil tes Pap smear normal.
Kebanyakan infeksi HPV pada wanita kelompok usia ini dapat bersih dengan sendirinya dan tidak terkait dengan kanker serviks.

Untuk mendeteksi ada tidaknya sel abnormal pada
servik dapat juga di lakukan pemeriksaan dengan metode servikografi. Servikografi merupakan metode fotografik yang digunakan untuk merekam gambar servik. Uji ini dapat dilakukan bersama dengan pulasan Ppap, kolposkopi, dan atau pemeriksaan ginekologik rutin. Pemeriksaan pulasan Pap mendeteksi adanya perubahan selular; sedangkan
servigram merupakan alat yang lebih sensitif untuk
mendeteksi adanya kanker servikal. Uji ini dapat
mengidentifikasi beberapa lesi kanker yang tidak
terjangkau dengan pulasan Pap. Masalah Klinis
Temuan Abnormal: Kanker serviks, kanker serviks
invasif. Prosedur
- Makanan dan cairan tidak dibatasi.
- Klien diletakkan pada posisi litotomi.
- Asam asetat (5%) diusapkan pada area servikal.
- Patograf serviks dilakukan
- Yodium cair diusapkan pada serviks; kemudian difoto.
- Pulasan endoserviks dan dioleskan pada kaca objek Faktor yang memperngaruhi hasil Diagnostik
Mukus serviks yang tidak dibersihkan dari serviks
sebelum pengolesan asam asetat dan fotografi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Kritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
-Kumar cotran, robbins. 2007. Robbins basic
pathology. Jakarta: Kedokteran EGC
-Lefever Kee, Joyce. 2008. Pedoman Pemeriksaan
Laboratorium & Diagnostik. Jakarta: Kedokteran EGC
-McCarty wilson, Lorraine. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Kedokteran
EGC
- Gibson, John. 1992. Diagnosa Gejala Penyakit.
Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica
-http://oketips.com/4660/tips-sehat-2-pemeriksaan-untuk-mendiagnosa-kanker-serviks/
-http://deddyhendrawan07.wordpress.com/2008/09/05/makala/
-http://icmicmi.blogspot.com/2011/06/kata-pengantar-dengan-memanjatkan-puji.html

Kamis, 16 Juni 2011

Bahan Tugas makalah Ca Serviks

Karsinoma serviks, walaupun saat ini telah terjadi perbaikan bermakna dalam diagnosis dini dan terapi, masih merupakan salah satu penyebab tersering kematian terkait kanker pada perempuan, terutama di negara yang sedang berkembang.

Serviks harus berfungsi sebagai sawar terhadap masuknya udara dan mikroflora saluran vagina normal, tetapi juga memungkinkan keluarnya darah haid dan menahan tumbukan ringan selama hubungan kelamin dan trauma persalinan. Tidak mengherankan bahwa serviks sering menjadi sarang penyakit. Untungnya sebagian besar lesi serviks merupakan peradangan yang relatif banal (servisitis), tetapi serviks juga merupakan tempat salah satu kanker tersering pada perempuan: karsinoma sel gepeng.

Karsinoma serviks dahulu merupakan bentuk kanker tersering pada perempuan diseluruh dunia. Baru 50tahun lalu karsinoma ini memiliki posisi yg sama di amerika serikat, tetapi penerapan yang luas pemeriksaan penapisan papanicolaou (sitologik) terhadap perempuan secara drastis telah menurunkan insidensi tumor invasif menjadi sekitar 12:900 kasus baru pertahun dengan angka kematian sekitar 4400 (perkiraan 2001). Sebaliknya insidensi neoplasia intraepitel serviks (cervical intraepithelial neoplasia, CIN) meningkat ke tingkatnya yg sekarang sebesar 50.000 kasus per tahun.
Perlu ditekankan disini bahwa sebagian besar karsino sel gepeng serviks berasal dari kelainan epitel prekursor yang disebut sebagai CIN. Namun, tidak semua kasus CIN berkembang menjadi kanker invasif.

Epidemiologi dan patogenesis. Insidensi CIN memuncak pada usia sekitar 30 tahun, sedangkan untuk karsinoma invasif adalah sekitar 45 tahun. Jelaslah bahwa lesi prakanker memerlukan waktu bertahun-tahun, untuk berkembang menjadi karsinoma yang nyata. Penelitian epidemiologi di seluruh dunia menegaskan bahwa infeksi HVP adalah faktor penting dalam perkembangan kanker servikal (Bosch et al, 1995). Lebih dari 20 tipe HVP yang berbeda mempunyai hubungan dengan kanker servikal. Penelitian memperlihatkan bahwa perempuan dengan HVP-16, 18, dan 31 mempunyai angka Neoplasia Intraepitelial Servikal (CIN) yang lebih tinggi (CancerNet, 2001)

Faktor resiko penting terjadinya CIN dan karsinoma invasif adalah sebagai berikut:
1. Usia dini saat memulai berhubungan kelamin
2. Memiliki banyak pasangan seksual
3. Pasangan laki-laki memiliki riwayat banyak memiliki pasangan
4. Infeksi persisten oleh virus papiloma manusia "resiko tinggi"
Banyak faktor risiko lain dapat dikaitkan dengan keempat faktor di atas, termasuk peningkatan insidensi pada kelompok sosioekonomi lemah, jarangnya timbul pada perawan, dan keterkaitan dengan perempuan yang sering hamil. Faktor ini menunjukkan secara kuat kemungkinan penularan seksual suatu agen penyebab, dalam hal ini HPV (Human Papiloma Virus)

Meskipun banyak perempuan mengandung virus ini, hanya sebagian yang menderita kanker, yang mengisyaratkan bahwa faktor lain berpengaruh pada risiko kanker.
Di antara berbagai faktor risiko yang sudah dipastikan adalah merokok dan imunodefisiensi eksogen atau endogen. Sebagai contoh, insidensi karsinoma in situ meningkat sekitar lima kali lipat pada perempuan yang terinfeksi oleh virus imunodefisiensi manusia jika dibandingkan dengan kontro

Kanker servikal ini sebagian besar (90%) adalah karsinoma sel skuamosa dan sisanya (10%) adalah adenokarsinoma. tipe lain yang jarang adalah karsinoma sel adenoskuamosa, karsinoma sel terang, melanoma maligna, sarkoma, dan limfoma maligna

Karsinoma serviks tersering adalah karsinoma sel gepeng (75%), diikuti oleh adenokarsinoma dan karsinoma adenoskuamosa (20%) serta karsinoma neuroendokrin sel kecil (kurang dari 5%). Dengan pengecualian tumor neuroendokrin, yang perilakunya selalu agresif, karsinoma serviks dibagi menjadi derajat 1 hingga 3 berdasarkan diferensiasi sel dan stadium 1 hingga 4 berdasarkan penyebaran klinis.

Pada wanita lansia, suatu cairan yang berdarah biasanya dijumpai akibat karsinoma serviks. Dan pada tahap akhir dari penyakit ini, cairan tersebut berbau busuk.

Untuk mendeteksi ada tidaknya sel abnormal pada servik dapat di lakukan pemeriksaan dengan metode servikografi. Servikografi merupakan metode fotografik yang digunakan untuk merekam gambar servik. Uji ini dapat dilakukan bersama dengan pulasan Ppap, kolposkopi, dan atau pemeriksaan ginekologik rutin. Pemeriksaan pulasan Pap mendeteksi adanya perubahan selular; sedangkan servigram merupakan alat yang lebih sensitif untuk mendeteksi adanya kanker servikal. Uji ini dapat mengidentifikasi beberapa lesi kanker yang tidak terjangkau dengan pulasan Pap.

Masalah Klinis
Temuan Abnormal: Kanker serviks, kanker serviks invasif.

Prosedur
- Makanan dan cairan tidak dibatasi.
- Klien diletakkan pada posisi litotomi.
- Asam asetat (5%) diusapkan pada area servikal.
- Patograf serviks dilakukan
- Yodium cair diusapkan pada serviks; kemudian difoto.
- Pulasan endoserviks dan dioleskan pada kaca objek

Faktor yang memperngaruhi hasil Diagnostik
Mukus serviks yang tidak dibersihkan dari serviks sebelum pengolesan asam asetat dan fotografi.

Daftar Pustaka:
-Kumar cotran, robbins. 2007. Robbins basic pathology. Jakarta: Kedokteran EGC
-Lefever Kee, Joyce. 2008. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Jakarta: Kedokteran EGC
-McCarty wilson, Lorraine. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Kedokteran EGC
- Gibson, John. 1992. Diagnosa Gejala Penyakit. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica

Dan ini belum selesai, hanya sebagian ¬_¬"